Rabu, 06 Oktober 2010

Sejenak di Istana Ratu Boko, Yogyakarta






 

            Pagi itu di Yogya, adalah pagi yang terik, justru memberi semangat '45 buat aku,bojoku dan brindilku untuk berwisata.

Wisata kali ini adalah mengunjungi Istana Ratu Boko atau lebih dikenal dengan nama Candi Boko, yang sebenarnya adalah komplek istana  milik Pemerintahan Rakai Panangkaran, keturunan Wangsa Syailendra.

            Istana yang merupakan peninggalan abad ke 8 ini, memiliki luas 250,000m2 dengan ketinggian 196m di atas permukaan laut atau boleh dikatakan berada diatas bukit.

Secara pribadi, aku suka dengan candi ini karena jejak-jejak istananya masih terasa secara arsitektural, seperti, Kolam pemandian,Pendopo, Taman,Keputren(Pondok Putri) dan gerbang.Semuanya itu membuat imajinasiku menari-nari membayangkan kehidupan keluarga raja kala itu.

            Berkat GPS dan plang penunjuk jalan, perjalanan kami menuju lokasi Candi yang bermarkas di daerah Piyungan, Yogyakarta, menjadi mudah dijangkau, walau sempat was-was karena jalan menuju candi itu sempit sehingga dapat menyulitkan mobil jika berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan.

Tapi tak lama berselang kami memasuki sebuah pelataran luas berlantaikan batu alam, dengan pohon beringin sebagai point of interest. Rupanya pelataran itu adalah tempat kami boleh memarkir kendaraan kami. Karena masih sepi, kami bisa leluasa memilih parkir di depan sebuah bangunan semi terbuka yang ternyata adalah restoran. Restoran tersebut cukup menarik perhatian kami, karena ternyata dari resto tersebut kita bisa melihat candi Prambanan dan sawah-sawah disekitarnya dari kejauhan, pemandangan yang sungguh menyejukan hati.

            Setelah intermezzo, kami mulai melakukan perjalanan memasuki candi Boko.

Dengan tiket hanya 15,000 rupiah perorang sebagai tiket masuk ke komplek candi, pengunjung masih mendapatkan bekal 1 botol kecil air mineral merk AQUA yang dibagikan saat memasuki lokasi candi.Hal yang sudah diantisipasi oleh pihak pengelola, mengingat perjalanan menuju candi tidak dekat dan tidak adanya penjual makanan di sekitarnya.

Perjalanan awal disambut dengan beberapa undakan dengan pemandangan batu-batu alam yang terkikis, berlumut dan beberapa bongkahan batu candi di kanan kiri jalan. Setelah itu jalan mendatar  dengan jejeran pohon palem dan pohon ketapang di kanan kiri meneduhkan perjalanan kami dari sengatan matahari.Selama perjalanan kita akan dihibur oleh pemandangan taman hijau di kanan jalan, lengkap dengan beberapa ekor rusa. Hanya saja menurutku, pemeliharaan taman sepertinya tidak sepenuh hati. Dibilang bersih tidak, dibilang kotor sekali juga tidak, dibilang bagus kok gak pantes, dibilang jelek juga kok kejam, nanggung...

            Yang pasti, Candi Boko itu sendiri memang cantik. Begitu memandang gerbang candi dari kejauhan dengan siluet langit disekitarnya, sungguh anggun dan cantik…terbersit rasa kagum dalam hati. Angin semilir  yang selalu bertiup di sekitar candi seakan menegaskan kecantikan Istana Ratu Boko ini..byuh..byuh..mendadak dangdut begini sih?!

Konon, jika sampai disana senja hari, saat kita dapat memandang matahari tenggelam dari balik gerbang candi,  kita akan mendapatkan pemandangan yang eksotik banget!

Well…kalimat promo ini aku baca dari sebuah buku wisata sih, tapi kenyataannya tempat wisata inikan  tutupnya jam 4 sore, jadi bagaimana mungkin?!

 

            Menurut pengetahuanku, candi memang menjadi salah satu kebanggaan pariwisata di Indonesia. Bangunan yang terbentuk dari susunan batu hitam besar tanpa konstruksi, memang merupakan keajaiban bagi manusia yang hidup di jaman beton bertulang. Sayangnya, banyak candi-candi di negara tercinta ini, yang tidak dikelola dengan penuh perhatian oleh Pemerintah kita, kecuali tentu saja,candi Borobudur dan Prambanan. Biasanya sekali kunjungan kita sudah tidak ingin berkunjung lagi kecuali mungkin para wisatawan asing atau ahli arkeologi,sejarah dan sebangsanya. Buat pacaran juga gak asoy yang ada malah takut kena kutuk, sehabis wisata hubungan bubar jalan..glek!

            Nah,begitu pula yang terjadi dengan bangunan-bangunan candi di Istana Boko ini, tidak semuanya masih berdiri utuh dan kokoh. Lebih banyak terlihat sebagai reruntuhan candi yang berkesan dibiarkan begitu saja dimakan oleh lumut dan rumput.

Dan menurutku,agak melelahkan jika mau mengunjungi semua bangunan candi yang ada disana, karena lokasinya dari ujung ke ujung, udah gitu rasanya, kosong melompong… karena yang ada adalah reruntuhan batu-batu candi yang itu-itu lagi.

Hanya kotak dan hitam.

Reruntuhan candi-candi itu tidak bisa bercerita banyak.

Yang menarik hanya candi di gerbang utama karena bangunannya boleh dibilang masih utuh dan kokoh, itupun keindahannya dilihat dalam 1 frame dengan pemandangan hijau disekitarnya.

Untuk wisatawan berotak standard seperti aku, setelah putar-putar, pasti akan berpikir sambil ngos-ngosan,…so what?

            Andai pengelola wisata ini mau menghidupkan suasana candi, pasti asyik deh candi ini. Misalkan, disekitar candi ada jalan setapaknya sebagai penghubung antar bangunan, dilengkapi dengan taman abad ke-8 khas Kerajaan Jawa,dijamin, pengunjung tidak merasa jemu apalagi lelah berjalan-jalan, bahkan mungkin jadi penasaran, ya tho?!

Atau minimal batu-batu candi yang berantakan disusun lagi, yang berlumut dipoles lagi, undakan dan kolam pemandian dihidupkan lagi (ada telaga yang konon, dulu sebagai tempat pemandian para puteri, ya ampyunnn…sedih deh lihat kondisinya).

Jika perlu beri lampu-lampu atau aksesoris kuno yang menggambarkan suasana abad ke-8.

Usulanku, kenapa sih tidak ada upaya untuk menciptakan seakan-akan istana Ratu Boko ini hidup kembali?!

Tidakkah bagus jika para pengunjung jadi memiliki imajinasi lebih? 

Bukankah itu akan menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk mengenal lebih jauh sejarah keluarga kerajaan Syailendra?

Emang sih ini sekedar omong kosongku, karena aku juga tahu untuk merancang arsitektur di sekitar candi diperlukan pengetahuan yang luaaasss dan mendalam tentang sejarah candi itu sendiri, belum lagi birokrasinya,belum lagi biayanya, belum lagi pergolakan nilai-nilai sakralnya,…duh kapan ada solusinya?

Tapi, kenapa tidak?!

Tapi ngomong-ngomong, kalo emang Candi Boko jadi seperti yang aku khayalkan, jangan-jangan sering ditutup buat umum karena, "Maaf, sedang dipakai untuk shooting"...jiah!

            Yang jelas, setelah meninggalkan candi, tetap meninggalkan kesan dihati kami semua hari itu, hanya saja kami ingin suatu saat dapat melihat  penayangan tarian sendratari di lokasi candi Boko walau sepertinya fasilitas itu lebih ditawarkan ke wisman atau travel agent asing.Mudah2an jika suatu saat bisa datang berkunjung lagi ke Candi ini, ada suatu perubahan yang lebih baik dan menarik.

Tidak ada komentar: