Rabu, 06 Oktober 2010

Sejenak di Istana Ratu Boko, Yogyakarta






 

            Pagi itu di Yogya, adalah pagi yang terik, justru memberi semangat '45 buat aku,bojoku dan brindilku untuk berwisata.

Wisata kali ini adalah mengunjungi Istana Ratu Boko atau lebih dikenal dengan nama Candi Boko, yang sebenarnya adalah komplek istana  milik Pemerintahan Rakai Panangkaran, keturunan Wangsa Syailendra.

            Istana yang merupakan peninggalan abad ke 8 ini, memiliki luas 250,000m2 dengan ketinggian 196m di atas permukaan laut atau boleh dikatakan berada diatas bukit.

Secara pribadi, aku suka dengan candi ini karena jejak-jejak istananya masih terasa secara arsitektural, seperti, Kolam pemandian,Pendopo, Taman,Keputren(Pondok Putri) dan gerbang.Semuanya itu membuat imajinasiku menari-nari membayangkan kehidupan keluarga raja kala itu.

            Berkat GPS dan plang penunjuk jalan, perjalanan kami menuju lokasi Candi yang bermarkas di daerah Piyungan, Yogyakarta, menjadi mudah dijangkau, walau sempat was-was karena jalan menuju candi itu sempit sehingga dapat menyulitkan mobil jika berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan.

Tapi tak lama berselang kami memasuki sebuah pelataran luas berlantaikan batu alam, dengan pohon beringin sebagai point of interest. Rupanya pelataran itu adalah tempat kami boleh memarkir kendaraan kami. Karena masih sepi, kami bisa leluasa memilih parkir di depan sebuah bangunan semi terbuka yang ternyata adalah restoran. Restoran tersebut cukup menarik perhatian kami, karena ternyata dari resto tersebut kita bisa melihat candi Prambanan dan sawah-sawah disekitarnya dari kejauhan, pemandangan yang sungguh menyejukan hati.

            Setelah intermezzo, kami mulai melakukan perjalanan memasuki candi Boko.

Dengan tiket hanya 15,000 rupiah perorang sebagai tiket masuk ke komplek candi, pengunjung masih mendapatkan bekal 1 botol kecil air mineral merk AQUA yang dibagikan saat memasuki lokasi candi.Hal yang sudah diantisipasi oleh pihak pengelola, mengingat perjalanan menuju candi tidak dekat dan tidak adanya penjual makanan di sekitarnya.

Perjalanan awal disambut dengan beberapa undakan dengan pemandangan batu-batu alam yang terkikis, berlumut dan beberapa bongkahan batu candi di kanan kiri jalan. Setelah itu jalan mendatar  dengan jejeran pohon palem dan pohon ketapang di kanan kiri meneduhkan perjalanan kami dari sengatan matahari.Selama perjalanan kita akan dihibur oleh pemandangan taman hijau di kanan jalan, lengkap dengan beberapa ekor rusa. Hanya saja menurutku, pemeliharaan taman sepertinya tidak sepenuh hati. Dibilang bersih tidak, dibilang kotor sekali juga tidak, dibilang bagus kok gak pantes, dibilang jelek juga kok kejam, nanggung...

            Yang pasti, Candi Boko itu sendiri memang cantik. Begitu memandang gerbang candi dari kejauhan dengan siluet langit disekitarnya, sungguh anggun dan cantik…terbersit rasa kagum dalam hati. Angin semilir  yang selalu bertiup di sekitar candi seakan menegaskan kecantikan Istana Ratu Boko ini..byuh..byuh..mendadak dangdut begini sih?!

Konon, jika sampai disana senja hari, saat kita dapat memandang matahari tenggelam dari balik gerbang candi,  kita akan mendapatkan pemandangan yang eksotik banget!

Well…kalimat promo ini aku baca dari sebuah buku wisata sih, tapi kenyataannya tempat wisata inikan  tutupnya jam 4 sore, jadi bagaimana mungkin?!

 

            Menurut pengetahuanku, candi memang menjadi salah satu kebanggaan pariwisata di Indonesia. Bangunan yang terbentuk dari susunan batu hitam besar tanpa konstruksi, memang merupakan keajaiban bagi manusia yang hidup di jaman beton bertulang. Sayangnya, banyak candi-candi di negara tercinta ini, yang tidak dikelola dengan penuh perhatian oleh Pemerintah kita, kecuali tentu saja,candi Borobudur dan Prambanan. Biasanya sekali kunjungan kita sudah tidak ingin berkunjung lagi kecuali mungkin para wisatawan asing atau ahli arkeologi,sejarah dan sebangsanya. Buat pacaran juga gak asoy yang ada malah takut kena kutuk, sehabis wisata hubungan bubar jalan..glek!

            Nah,begitu pula yang terjadi dengan bangunan-bangunan candi di Istana Boko ini, tidak semuanya masih berdiri utuh dan kokoh. Lebih banyak terlihat sebagai reruntuhan candi yang berkesan dibiarkan begitu saja dimakan oleh lumut dan rumput.

Dan menurutku,agak melelahkan jika mau mengunjungi semua bangunan candi yang ada disana, karena lokasinya dari ujung ke ujung, udah gitu rasanya, kosong melompong… karena yang ada adalah reruntuhan batu-batu candi yang itu-itu lagi.

Hanya kotak dan hitam.

Reruntuhan candi-candi itu tidak bisa bercerita banyak.

Yang menarik hanya candi di gerbang utama karena bangunannya boleh dibilang masih utuh dan kokoh, itupun keindahannya dilihat dalam 1 frame dengan pemandangan hijau disekitarnya.

Untuk wisatawan berotak standard seperti aku, setelah putar-putar, pasti akan berpikir sambil ngos-ngosan,…so what?

            Andai pengelola wisata ini mau menghidupkan suasana candi, pasti asyik deh candi ini. Misalkan, disekitar candi ada jalan setapaknya sebagai penghubung antar bangunan, dilengkapi dengan taman abad ke-8 khas Kerajaan Jawa,dijamin, pengunjung tidak merasa jemu apalagi lelah berjalan-jalan, bahkan mungkin jadi penasaran, ya tho?!

Atau minimal batu-batu candi yang berantakan disusun lagi, yang berlumut dipoles lagi, undakan dan kolam pemandian dihidupkan lagi (ada telaga yang konon, dulu sebagai tempat pemandian para puteri, ya ampyunnn…sedih deh lihat kondisinya).

Jika perlu beri lampu-lampu atau aksesoris kuno yang menggambarkan suasana abad ke-8.

Usulanku, kenapa sih tidak ada upaya untuk menciptakan seakan-akan istana Ratu Boko ini hidup kembali?!

Tidakkah bagus jika para pengunjung jadi memiliki imajinasi lebih? 

Bukankah itu akan menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk mengenal lebih jauh sejarah keluarga kerajaan Syailendra?

Emang sih ini sekedar omong kosongku, karena aku juga tahu untuk merancang arsitektur di sekitar candi diperlukan pengetahuan yang luaaasss dan mendalam tentang sejarah candi itu sendiri, belum lagi birokrasinya,belum lagi biayanya, belum lagi pergolakan nilai-nilai sakralnya,…duh kapan ada solusinya?

Tapi, kenapa tidak?!

Tapi ngomong-ngomong, kalo emang Candi Boko jadi seperti yang aku khayalkan, jangan-jangan sering ditutup buat umum karena, "Maaf, sedang dipakai untuk shooting"...jiah!

            Yang jelas, setelah meninggalkan candi, tetap meninggalkan kesan dihati kami semua hari itu, hanya saja kami ingin suatu saat dapat melihat  penayangan tarian sendratari di lokasi candi Boko walau sepertinya fasilitas itu lebih ditawarkan ke wisman atau travel agent asing.Mudah2an jika suatu saat bisa datang berkunjung lagi ke Candi ini, ada suatu perubahan yang lebih baik dan menarik.

Kamis, 02 September 2010

Be CowGirl @ De'Ranch, Lembang







Pertama kali aku bercerita tentang De'Ranch yang lagi..lagi..lagi…aku dapat infonya dari internet,tempat wisata dimana kita bisa naik kuda keliling-keliling dengan gaya cowboy, tentu saja disambut dengan semangat oleh Fani dan Papanya.

Ceritanya nih hari Minggu di beberapa bulan yang lalu (lupa bulannya, udah lama sih),kita berweekend ria di Lembang.Waktu itu kita menginap di Gumilang resort, sebuah hotel di daerah Lembang. Memang sudah direncanakan dari awal kalo keesokannya hari Minggu main ke De'Ranch nyobain naik kuda.

Berdasarkan bekal dari internet dan buku panduan wisata bandung (taela) gak sulit menemukan lokasi De'Ranch. Intinya setelah Pasar Lembang cari arah ke Maribaya, tidak jauh kok di sebelah kiri arah ke Maribaya ada plang besar dengan gambar kuda dan cowboynya. Lokasinya juga berhadapan dengan Tahu Tauhid. Parkirannya luas dan yang mengherankan tiket masuknya murah cuman 5000rupiah bonus welcome drink berupa segelas susu sapi segar dengan pilihan rasa strawberry atau vanilla. Tapi setelah masuk rasanya kok 5000 itu buat beli susu tanpa merasa dipaksa ya hehehehe  kenapa? Karena begitu masuk ternyata De'Ranch itu semacam kafe (menurutku) dengan suasana peternakan,unik juga sih. Didalamnya kita bisa melihat sekumpulan sapi perah,kambing jenis luar dan yang pasti beberapa jenis kuda. Ada banyak tempat untuk duduk-duduk yang dikelilingi gerai beraneka makanan. Dari makanan ringan seperti tempe mendoan,jagung bakar,sosis,coklat (yang ini rugi kalo gak beli, coklatnya enak lho) sampai makanan berat seperti nasi paket ayam bakar juga ada. Disekitar tempat makan (area duduk) ada banyak wahana kecil seperti ayunan,balon air,camp indian lengkap dengan kemah dan tungku api,flying fox,taman sepeda coin,peternakan sapi dengan pemandangannya mengarah ke lapangan hijau dan gunung hijau menjulang (kayaknya sih gunung Putri).Sayangnya waktu itu tiba-tiba hujan deras jadi tidak bisa langsung nyobain beberapa permainan apalagi naik kuda, jadilah kami  terpaksa diam di tempat duduk yg tersedia sambil memesan makanan. Sementara Papa si shopaholic sudah menghilang  dan benar dugaanku, sedang hunting di butik De'Ranch. Borong nih?!

Setelah hujan reda, Fani langsung lari ke taman ayunan,nyobain semua ayunan dan prosotan yang ada disitu.Bahkan dengan tanpa rasa takut dia sukses melewati jembatan tali berulang-ulang.Lumayan...mama jadi olahraga jantung.

Setelah bosen dia minta naik balon air dan memancing ikan-ikan plastik (permainan ini harus bayar lagi). Ada juga sepeda kecil yang disewakan dan mobil2an coin tapi Fani tidak tertarik. Rata-rata tarif permainan 15,000. Buat anak-anak tempat ini memang menyenangkan. Sayangnya saat kami ke sana, rumputnya tinggi-tinggi seperti tidak terawat.Mungkin karena musim hujan jadi rumput tumbuh lebih cepat dan lebih subur jadi si maintenance kewalahan.

Berhubung takut hujan lagi, begitu matahari mengeluarkan sengatnya segera kami (setengah menyeret papa keluar dari butik) menuju tempat penyewaan kuda. Tentu saja naik kudanya dituntun dengan jockey menggunakan tali.Tarifnya untuk 1 putaran 15,000 sudah termasuk peminjaman topi ala koboi dan rompi. Jadilah aku dan Fani yang naik kuda, Sedang Papa dengan segudang alasan menolak. Sebelum naik ke atas kuda perasaan deg-degan juga sih…

Dan ya amplop….rasanya mengerikan berada di atas kuda apalagi aku merasa badanku berat…sempat ada rasa was-was,kira-kira kudanya kuat gak ya bawa aku? Klo kudanya pingsan gimana hayo? Eh ternyata yang harus dikhawatirkan itu aku,gimana klo aku pingsan saking ketakutan? Hehehe

Perasaan saat naik kuda pertama kali itu…hmmm…kayak dijunjung ke atas gitu lo…apalagi klo pas jalannya gronjalan kita kayak meliuk-liuk mau jatuh atau bahasa parnonya rasanya seperti dilempar-lempar ke atas…sempat panik. Aku sampai pegangan tali kekang kenceeeeng! Pantesan Papa gak mau naik malah senyum-senyum jahil…awasss!!!

Herannya Fani kalem-kalem aja. Yang tadinya aku teriak-teriak "Fani hati-hati ya" eh akhirnya jadi Fani yang kasih support "Mama gak usah takut ya, gak apa2 kok"….semprul tenan! Belum lagi pertanyaan Papa sambil berbisik "Gimana rasanya Ma? Kapok gak?"

Saat itu, 1 Putaran rasanya lamaaaa banget, tangan sampai dingin. Rada merutuk juga sih kenapa juga tadi aku gak minta jalur putaran yang paling pendek. Sebagai penghibur, sebelum turun dari kuda minta difoto dulu mumpung ada kesempatan naik kuda (for the first and the last deh). Sementara Papa dengan centilnya ikut2an foto dengan menggunakan topi dan rompi…tanpa naik kuda!

Ternyata naik kuda itu tidak gampang ya…selama ini membayangkannya mudah dan keren seperti di film-film kolosal wkwkwk

Setelah puas berada di De Ranch kami memutuskan untuk pulang ke Jakarta melalui Subang tapi terlebih dulu  kami menyempatkan mampir untuk makan siang di RM Ayam goreng Brebes di dekat Pasar Lembang. Sebelumnya sempat belanja  juga ke Tahu Tauhid buat nyobain tahu dan tempe yang katanya enak tapi antriannyaaaaa…..cape deh!


Selasa, 31 Agustus 2010

Leyeh-leyeh di Kampung Daun Culture Galery &Cafe, Lembang






 

Setiap kali dengar kata Lembang, yang terbayang dalam pikiranku hanya Kampung Daun.Aku memang penasaran abis dengan tempat ini. Awalnya dulu waktu aku baru lulus kuliah sempat numpang di rumah saudara di Bandung untuk mencari kerja (masa2 rekoso), kebetulan saudaraku itu sering mengajak aku  jalan-jalan keliling Bandung dan Lembang (Seingatku dulu Lembang masih perawan,sepi dan dingin, beda sekali dengan sekarang,sudah banyak villa,hotel dan tempat-tempat wisata). Cuman setiap kali ke Lembang gak pernah diajak mampir karena antriannya puanjaaang. Waktu itu sekitar tahun 1999-2000 dimana Kampung Daun lagi top-topnya disebut-sebut orang.Katanya restorannya bagus banget seperti pedesaan,unik.Saat itu sih hanya dengar-dengar saja.Sepertinya hampir setiap teman saudaraku itu ngobrol gak jauh-jauh dengan: "Jeng udah ke Kampung Daun belum?"

Jujur sih ikutan nguping dan tanpa sadar jadi penasaran sampai tua(weleh) dan ya ampyun.... ternyata baru kesampaian setelah berbuntut 1...hehehe

Sekilas info,Jam buka resto cafe ini mulai pukul 11.00 hingga 23.00 WIB.

Sedangkan geografisnya,Kampung Daun terletak di sebuah lembah kecil di kawasan wisata Cihideung, di belahan utara Bandung, tepatnya di dalam perumahan Trinity Bandung,Lembang. Jadi dari Jalan Sersan Bajuri kita harus cari penunjuk  arah menuju resto ini yang mengarah masuk ke dalam sebuah perumahan mewah walau begitu gampang kok carinya. Dinamakan Kampung Daun karena katanya dulunya tempat ini dipenuhi daun-daun labu siam.

Pendirinya itu Ruth Tamzil de Fernandes (kayaknya sih orang Belanda ya),awalnya  dia terinspirasi utk membuat saung sederhana sebagai tempat makan sekaligus tempat melepas penat dengan suasana seakan-akan kembali ke desa ,tentu saja dengan harapan tempat itu tenang dan damai.Ide itu semakin berkembang ketika di Indonesia sedang marak-maraknya kerusuhan.(Patut dicontoh, dalam keadaan negative kita tetap bisa menghasilkan hal yang positif)

 

Kampung daun ini memiliki tema Culture Galery & Café,jadi tidak usah heran kalau tempat makannya terdiri atas saung2 lesehan dengan arsitektur khas jawa barat (well.. restoran model saung sekarang sudah banyak kita temui tapi tetap saja Kampung Daun menurutku masih paling unik).

Yang menarik tentu saja pemandangan dan suasana yang ditawarkan restoran ini.Lokasinya diapit oleh 2 tebing batu alami dan dialiri sungai dari Gunung Burangrang.

Untuk menuju saung-saung tersebut kita dituntun sebuah jalan yang difinish batu alam,berundak-undak dengan beragam flora indah di sekitarnya diiringi suara gemercik air sungai bersautan dengan gemuruh air terjun menjadikan suasananya gimanaaa gitu…

Belum lagi aksen khas Sunda seperti kap lampu dari anyaman bambu,toilet berupa bilik bamboo,tiang obor (katanya sih kalau malam penerangannya dari obor),jembatan kayu dan alunan gamelan sunda ,serasa di kampung manaaa gitu… mana dong?(aku kan gak punya kampung)

Asyiknya lagi, ditiap saungnya itu disediakan bantal dan matras…duh jadi pengen tiduran.(aku sampai hunting orang yang benar-benar tidur siang di saung, ternyata banyak lho hihihi)

 

Nah untuk soal makanannya sih menurutku standard banget rasanya.

Makanan yang ditawarkan sebagian besar makanan tradisional.Waktu itu aku pesan gurame goreng (jujur rasanya anyep) sedangkan suamiku pesan nasi bakar (nah yg ini rasanya lumayan).Tehnya rupanya menggunakan produk Dilmah jadi menurutku ya enak.Kita juga sempat memesan Serabi yang ditaburi keju dan susu dengan assesories strawberry di atasnya.Aku sulit membedakan serabi yang enak dan tidak enak karena menurutku rasa serabi dimana-mana sama.

Waktu itu suasananya tidak ramai (minggu di bulan tua) jadi pesanan makanannya datangnya tdk terlalu lama, tapi sempat khawatir juga sih soalnya lokasi antar saung kan tidak berdekatan belum lagi dapurnya yang lokasinya entah tersembunyi dimana, jadi yang terbayang buatku bagaimana para pelayan mereka jumpalitan sana sini menerima dan mengantar puluhan pesanan, lha wong waktu kita mau pesan makanan aja celingak celinguk  dulu cari pelayan padahal udah pukul kentongan (setiap saung ada kentongan) tetep aja gak ada yang nongol hehehe (seingatku aku nyamperin pelayan yang kebetulan lagi lewat).

 

Setelah puas ngaso dan foto-foto(of course…) dengan berat hati kami meninggalkan Kampung Daun,tentu saja dengan harapan suatu saat bisa mengunjungi tempat itu lagi terutama pengen nyobain tidur siang di situ hehehe

 

 


Jumat, 20 Agustus 2010

Strawberry....strawberry...




Pada mulanya aku tidak terlalu sungguh-sungguh suka dengan buah strawberry…lebih sekedar suka sebagai ikon…
Menurutku buah strawberry adalah buah penipu karena penampilan, gimana tidak, siapa coba yg tdk gemas melihat bentuk mungil spt hati dg warna merah menggoda tapi begitu dicicip grrrr masam! Jadi ikut2an judul filmnya Dewi Persik, Lihat boleh Pegang jangan!
Nah beberapa waktu yang lalu sewaktu ke Ciwidey, kami sekeluarga melihat banyak kebun petik strawberry di kanan kiri jalan…biasalah lapar mata…akhirnya tergoda juga utk mampir ke salah satu kebun buah strawberry, saat itu sih nawarnya dapat 25rb/kg jadi prosesnya setelah harga disepakati,kita dikasih keranjang plastik kecil lengkap dengan topi caping serasa petani beneran, boleh petik buah sesuka hati lalu kemudian ditimbang hasil panen kita, at least… pay for it!(kalo mau gratis sih waktu petik langsung dimakan tapi….hati2 ya racun dan kumannya gak sebanding dg harga strawberry!)
Ternyata hasil panen cukup banyak, maklum yang petik 5 orang(aku,misua,anakku Fani,pembokat dan sepupuku Ani) dalam keadaan girang, norak dan lapar, jadi bingung juga ini strawberry yang banyak mau diapain?? Akhirnya dibuatlah jus strawberry pake sirup dan susu...hmmm..ternyata enak dan bonusnya lagi, strawberry yang kita petik itu ternyata jenis yang bagus jadi tidak terlalu masam ada rasa manisnya. Waktu itu sempat bawa ke kantor juga sih hasilnya laris manis tentu saja.
Bonusnya lagi...belakangan aku baru tahu kalau ternyata strawberry banyak khasiatnya...
1.Mampu mengurangi kadar kolesterol dan meredam gejala stroke.
2.Dapat mengurangi resiko terkena kanker rahim…(i love it)
3.Kaya vitamin C dan so pasti bagus utk pertumbuhan anak sedangkan utk orang dewasa,Kebutuhan vitamin C perharinya terpenuhi dg 8 strawberry(98mg).
4.Dapat memutihkan atau membersihkan permukaan gigi…(peluang usaha tuh produk pasta Gigi strawberry utk dewasa).
5. Konsentrasi 7 zat antioksidan dalam strawberry lebih tinggi dibandingkan buah atau Sayuran lain sehingga buah ini efektif mencegah proses oksidasi pada tubuh yaitu proses yang dapat menghambat penuaan dan efek radikal bebas.
6. Ampuh melawan encok & radang sendi.
7. Dan ternyata daunnya juga berkhasiat menyembuhkan diare karena mengandung zat
Astringent.
Tuh kan ternyata strawberry tidak hanya cantik tapi baik hati....well maafkan aku telah menuduhmu penipu, strawberry!

Senin, 16 Agustus 2010

Main Air di The Jungle, Bogor





Sering gak sih merhatiin stiker yang menempel di bagian belakang mobil-mobil pribadi? Paling banyak sih stiker Taman safari ya...tapi stiker The Jungle sepertinya menduduki peringkat dibawahnya Taman safari deh, coba perhatiin! (ralat, ini khusus yg tinggal di Jabotabek ya)
Maraknya stiker dan iklan-iklan tentang The Jungle membuat kita juga pengen ke sana pengen tahu kayak apa sih, kok stikernya menarik kayaknya seru tuh walau sebenarnya wahananya mirip-mirip dengan waterpark yang lain, mungkin karena letaknya di Bogor ya, kita jadi mbayanginnya kolam yang dingin dengan nuansa bau gunung gitu apalagi judulnya The Jungle...wkwkwk
Kenyataannya “The Jungle” letaknya ada didalam perumahan mewah Bogor Nirwana Residence udaranya sih udah gak dingin dan luasnya mencapai 3 hektar. View gunung juga ada sih tapi ya pemandangan gunung dari kejauhan hehehe
Dan jangan membayangkan kolam air seluar 3 hektar ya karena di The Jungle itu ada beberapa wahana selain waterparknya sendiri, ada rumah hantu,playground, teater 4 dimensi dan café-café gitu deh bahkan ada konsep seperti orchard road dan katanya lagi akan dibangun sebuah hotel dan universitas Bakrie …(waktu kita ke sana ruko-ruko unik udah jadi tapi masih sepi)
Keunikan The Jungle ini didalamnya ada taman burungnya dan lansekapnya lumayan menarik (konsep dari pengembang sih 60% wahananya area hijau) hanya saja menurut aku kok jauh ya dari bayangan The Junglenya….bahkan katanya ada aquarium ikan air tawar sepanjang kolam arus,ternyata biasa-biasa aja tuh…cuman aquarium kaca kotak biasa diletakkan sepanjang kolam renang dan waktu itu masih ada aquarium yang kosong…padahal sebelumnya aku membayangkan berenang (tepatnya main air) sambil melihat aquarium berjalan seperti di seaworld halah..khayalanku ketinggian nih!
Sebenarnya wahana airnya banyak seperti fountain futsal,lazy pool(kolam arus),leisure pool (kolam dengan beberapa permainan anak lengkap dg air mancur dan teko tumpahnya), hanya saja untuk menggunakan ban harus menyewa apalagi untuk wahana semacam racer slide (prosotan panjang yang berlekuk-lekuk melewati terowongan) antrinya aujibile...jadi malas mencoba. Dan yang mengesalkan lagi tuh endingnya, kamar bilasnya sedikit dan kamar gantinya sempit padahal pengunjung saat itu banyak sekali jadi kebayang deh antrinya...bete deh! Beda sekali dengan Atlantisnya Ancol yang memiliki banyak kamar bilas dan selalu bersih. Solusinya ya klo mau ke The Jungle jangan pas liburan atau weekend tapi please deh, siapa juga yang mau cuti cuman bela-belain ke situ ya..??
Nah kalo soal tarif waktu itu hari Sabtu (buka jam 9.00 s/d 18.00) perorangnya 50,000 (menurut aku sih murah dibandingkan waterboom PIK ato snowbay yang mencapai 100ribuan) sedangkan kalo hari biasa sih katanya lebih murah lagi 30,000. Tapi itu baru waterparknya lho…kalo mau ke rumah hantu atau 4 dimensi sih lain lagi tiketnya…
Ohya di pintu masuk waterpark ada beberapa permainan seperti komidi putar dan ada juga yang menawarkan naik kuda keliling. Jadi buat yang punya anak kecil jangan lupa menyiapkan anggaran lebih ya! Selamat mencoba!

Jumat, 13 Agustus 2010

Wisata ke Situ Patengan & Pemandian Cimanggu, Bandung Selatan






Sabtu, 9 Mei 2009

Melanjutkan cerita tour kecil di Ciwidey…selanjutnya kita ke Situ Patengan.
Keluar dari gerbang Kawah Putih belok ke kiri, perjalanan lebih menanjak lagi, lumayan jauh tapi karena pemandangan kebun teh yang ijo royo-royo apalagi bukan aku yang nyetir rasanya indah-indah aja ya hehehe…..

Konon katanya Situ atau danau Patengan itu indah dan ada batu cintanya dengan perkebunan teh disekelilingnya. Sempat foto-foto juga sih di kebun tehnya tapi gak bisa ambil pose banyak krn Fani ngambek minta ayunan…huh!
Sampai di Situ Patengan agak kecewa karena disitu gak begitu menarik dan parkirannya ruwet banget. Di tempat itu yang menarik cuma naik perahu keliling danau dengan pemandangan hutan dan perbukitan teh, hijau semuanya. Lucunya kita kecele soal batu cinta karena ternyata batunya kecil banget cuma batu hitam biasa mencuat dari air danau dan banyak orang pacaran disekitarnya, mungkin untuk menguatkan mitos tentang keabadian cinta mereka...taela....(Danau ini ada legendanya cuman aku harus nyontek dulu buat cerita disini hehehe)
Setelah turun dari perahu kita langsung cabut kea rah pemandian Cimanggu.(sempet beli gorengan tahu isi dan bakwan goreng…mungkin karena udara dingin rasanya enak buntutnya utk mendapatkan edisi terakhir jadi rebutan deh antara papa n fani..ckckck)

Nah di Pemandian Cimanggu lumayan menarik karena fasilitasnya banyak. Ada playgroundnya dan ada beberapa kolam renang dan kolam rendam. Yang seru menurutku itu justru tukang jualannya…ada strawberry merah menggiurkan dengan harga hanya 5000 sepak besar, ada jagung rebus, kedele rebus, ada asesories kerajinan, dan ada yg jual pepaya manisss banget, asli tanpa pemanis.
Fani tidak begitu suka berendam karena katanya panas…dia lebih suka main di pinggir kolam seperti parit tempat pembuangan air yang memang lebih banyak digunakan bermain air oleh anak-anak mungkin karena suhu airnya suam-suam kuku. Ada beberapa keluarga seru sekali main bola semacam volley.Ngiri melihatnya maklum kita Cuma rombongan kecil gak bisa seheboh mereka.
Usai berendam dan membersihkan diri di kamar bilas, kita makan bakso di saung-saung sekitar kolam, lagi-lagi mungkin karena udara dingin jadinya bakso alakadarnya itu rasanya enak apalagi disela dengan teh manis hangat..hmmm!
Karena sudah sore kita memutuskan utk pulang ke hotel dan acara memetik strawberry yang bertebaran di kanan kiri sepanjang jalan menuju hotel diputuskan esok pagi.
Jadi…ceritanya sampai sini dulu ya…..

Wisata ke Kawah Putih, Ciwidey, Bandung Selatan



 

Sabtu, 9 Mei 2009

Lagi-lagi, gara-gara surfing di internet, aku jadi penasaran akan keindahan sebuah kawasan di Bandung Selatan yaitu Ciwidey yang terkenal akan kawah putihnya, waktu itu kalo melihat gambar-gambar dari hasil browsing sih tampaknya kawah itu  indah banget maka jadilah  keinginan untuk ke sana menggebu-gebu!

 Setelah memantapkan rencana, booking hotel dan mencari data lokasi sebanyak mungkin, akhirnya…Sabtu yang kebetulan tanggal merah jadi momen yang paling dinanti-nanti.(maklum kalo Sabtu tuh seringnya masuk kerja)

Untuk menghindari macet kami berangkat jam 5 pagi dari Bekasi ke arah Bandung melalui tol Pasteur, saat itu sih lalin lancar jadi setelah keluar tol Kopo kami mengikuti petunjuk arah ke Ciwidey dan bim salabim jam 7.30 sudah sampai di soreang,Ciwidey.

Rencana semula pengen menginap di Kampung Pago tapi rupanya booking 1 minggu sebelumnya pun sudah tidak kebagian kamar, full!!! Tapi ada untungnya juga sih karena lokasi Kampung Pago ternyata masih dibawah gunung jadi udaranya belum dingin.

Akhirnya kita coba booking Hotel Sindang Reret, untungnya masih dapat kamar. Jadi begitu sampai Ciwidey langsung cari Sindang Reret, ternyata hotelnya bagus juga kok, yang pasti sih bersih dan pelayanannya bagus. Memang sih kalau dilihat dari segi fisik bangunan tampilannya kuno tidak menarik tapi percaya deh gak nyesel kok menginap disitu.

Pertama factor bersih dan nyaman (versi kita sih), pelayanan ramah & responnya cepet.

Setelah hilang penat kami melanjutkan perjalanan ke Kawah Putih….let's go…. (perasaan saat itu sih kayak anak kecil yg pake baju baru lengkap dengan bekal permen setoples diajak piknik…seneng n penasaran dueh hehehe)

Dari Hotel Sindang Reret kami kemudian melanjutkan perjalanan menanjak ke arah gunung, jalannya kecil dan berliku-liku tapi padat kendaraan karena 2 arah dan yang pasti makin ke atas makin sejuk dan dingin…brrrr…..

Cuaca yg gerimis ditambah lagi udara berkabut,lengkap dg pemandangan kanan kiri pohon besar yang lebat rasanya kok jadi dingin dan mistik. Selama perjalanan menuju kawah kita tidak menyalakan AC mobil  malah sesekali mengeluarkan tangan ke luar jendela mobil wuiiiihhh… dingin banget seperti memasukkan tangan ke dalam freezer.

 Ternyata bis besar hanya sampai di gerbang kawah putih, tidak dapat masuk kawasan karena jalanan kecil dan berliku-liku, kalau papasan mobil 2 arah saja rasanya udah was-was karena kanan kiri jurang…hiiii!!!! Jadinya kekhawatiran berpapasan dengan bis punah sudah!

Yang mengherankan karcis masuk wisata murah lho cuman 8000 perorang…emang sih tempat wisata ini gak dipoles macam2 alias gak ada fasilitas penunjang kecuali toilet yang minim sedangkan antriannya puanjaaaang….:P.

Tapi rupanya kekurangan tersebut mudah dimaafkan  krn keindahan kawah putih yang bisa membuat kita terkagum-kagum.Hanya kalo mengingat tabiat buruk masyarakat kita yang doyan nyampah rasanya gak yakin kalo keindahan wisata ini bisa bertahan! (btw…belakangan kata temanku tarifnya udah naik dan mahal sekali tapi jalanan sudah bagus dan sudah tidak ada warung kaki lima lagi di dekat kawah)

Saran sih kalo ke kawah ini harus bawa jaket karena dinginnnn rek! Jadi jangan coba-coba pake tank top deh bisa dressed to kill!                                         

 Untuk mencapai lokasi kawah harus berjalan kaki tapi tidak jauh kok jaraknya dari parkiran cuman agak menanjak karena melewati beberapa tangga mungkin karena udara yang dingin dan alamnya yang masih tampak alami, perjalanan kecil tersebut  tidak terasa melelahkan.

 Apalagi kalau sudah melihat dari kejauhan pemandangan laksana danau berwarna hijau kebiru biruan dengan gugusan tebing menjulang disekitarnya… wuaaaahhhh buagussss bangeeeetttt…..sumpah!

Sudah bisa ditebaklah apa yang kita lakukan begitu sampai disana, yang pasti sih bukan meditasi kayak di film laga misteri Mak Lampir walau situasinya mendukung krn sekarang sudah jamannya Vampire centil (serasa di kota Forksnya Twililight) yang pede beraksi di berbagai sudut tanpa malu-malu(banyak temennya sih)...pokoke narsisme abis!

Bau belerang kadang2 menyengat sekali makanya tidak betah juga lama2 disitu apalagi jadwal tour masih panjang(hehehe)…rencana sih lanjut ke Situ Patengan dan Pemandian air panas….makanya kira kira 2 jam cukuplah di Kawah Putih. Sempat  juga beli bantal strawberry & syall  buat kenang2an, tak lupa foto-foto juga dong! (biarin norak..)

Rencana berikutnya ke situpatengan. Well segini dulu ya ceritanya….